Nasib Program 1000 Tower Rumah Susun

Diposkan oleh viproject on Thursday, December 13, 2012

program 1000 tower rumah susun
Program 1000 tower rumah susun dalam beberapa tahun belakangan ini ibarat ‘mati suri’. Tak banyak proyek baru yang bermunculan itu pun dengan jumlah terbatas. Padahal menurut Setyo Maharso, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), sejak digulirkan pada 2007 lalu, total anggota REI yang mengantongi izin sebanyak 258. "Tapi yang baru membangun baru sekitar 40 persen,” jelasnya.


Diakui berbagai kendala soal program ini kerap muncul dan terbilang carut-marut. Tak ada sinkroniasi soal izin, pajak dan lainnya terkait dengan pemerintah daerah, seperti yang terjadi di Jakarta. Hal ini terjadi saat peralihan kepeminpinan kepala daerah di Jakarta berpindah dari Sutiyoso ke Fauzi Bowo. Dimana saat itu banyak pengembang yang membangun rusunami malah kena segel karena aturan yang berubah soal KLB.

Nah dalam dua terakhir ini euforia apartemen murah atau rusunami ini yang dibanderol dengan harga paling tinggi Rp144 juta sedikit melempem. dan saat ini harga tersebut berubah menjadi Rp216 juta namun sayangnya masih terganjal soal regulasi di mentri keuangan dan masih ada kendala dalam aplikasinya. Dan hebatnya lagi kendala soal pembiayaan melalui skim Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) juga mengalami persoalan dalam aplikasinya.

Masalah ini diakui oleh Maharso sebagai kendala. Tak dipungkiri ada beberapa penngembang yang urung melanjutkan bisnisnya. tapi banyak pula yang melanjutkan proyeknya. Reorientasi konsep tepatnya,rusunami dirubah konsepnya menjadi apartemen kelas menengah. Terbukti jualan para pengembang ini direspon positif oleh pasar.

“Melihat berbagai kendala ini kita sebagai pengembanng dan juga sebagai pebisnis tak tinggal diam. Berbagai cara kita lakukan agar bisnisn tetap berjalan. Dan terbukti pasar masih merespon dengan baik harga apartemen menengah dengan kisaran Rp200-an juta hingga Rp500-an juta,” jelas Maharso.

Sementara Panangian Simanungkalit, Pengamat Properti mangatakan, bahwa pasar apartemen kelas menengah bawah ini sejatinya sangat besar potensi pasarnya. Saat ini, mobilitas penduduk di kota-kota besar seperti di Jakarta cukup tinggi. “Di siang hari, jumlah penduduk di DKI Jakarta bisa mencapai angka 12 juta lebih. Sedangkan di malam hari, saat orang-orang kembali dari tempat kerja di Jakarta menuju rumahnya di daerah-daerah pinggiran, jumlahnya akan berkurang menjadi sekitar 8 juta. Ini potensi pasar yang harus dimaksimalkan,” jelas Panangian.

Program 1000 tower rusunami tersebut jika kembali di support bersama oleh seluruh pemangku kepentingan sangat memberikan manfaat. Sehingga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dapat memiliki rumah layak huni di daerah perkotaan. Selain itu, rusunami juga bisa menjadi solusi mengurangi mobilitas penduduk dari tempat tinggal menuju tempat kerjanya.

Sumber: propertykita.com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment